Kamis, 23 Juni 2011

Corat-Coret Sederhana Part III:: Forget and Run then You'll (may)Be OK

Begitu banyak hal yang ingin ku katakan bertentangan dengan hal-hal yang seharusnya ku katakan
Karna memikirkan diriku berkata seprti itu membuat diriku tak percaya itu aku, namun dlama hatiku, ku berharap bahwa sekali-kali itu adalah aku
Aku melihatnya dan mengawasiny dari jauh hanya untuk menolak kenyataan yang seprti itu,

Ketika ku berpikir pertanyaan” yang konyol seperti:
 “apa yang salah?”
“Siapa yang salah?”
“seharusnya tidak seperti itu?”
Bukannya berpikir tentang pertanyaan”  yang lebih bisa memberikan solusi dan  menyelesaikan permasalahan seperti :
“apa yang perlu diperbaiki?”
“bagaimana memperbaikinya?”
Bukankah kalimat” itu yang harusnya kutanyakan
Namun saat ku sadari ku juga tidak tahu jawabannya
Dan hal itu membuat ku kesal dan benci entah pada apa

Dan di tengah” hal tersebut jalan yang terlihat baik di mataku hanyalah lupa
Ku ingin lupa..
Lalu berpura-pura bahwa aku baik-baik saja
Ku piker itu cukup bagiku
Untuk sementara..

Corat-Coret Sederhana Part II:: Yang Mana Yang Lebih Sedih?

Sekarang ku tw jawaban dari pertanyaan
:: yang mana yang paling merasa sedih, yang ditinggalkan atau  yang meninggalkan?::

Menurut ku jawqabannya adalah..
Yang meninggalkan
 Kenapa?
Karna ia harus pergi meninggalkan orang yang menyayanginya sendirian dalam kedukaan mereka
Dan hal yang paling menyedihkan adalah ketika ia telah sadar ataupun tidak sadar telah melukai orang” yang menyayanginya
sementara ia curang karna telah pergi dan mungkin saja ia lupa untuk kemabli atau bahkan  tidak kembali sama sekali..

bukankah begitu?

Corat-Coret Sederhana Part I:: Tidak Ada Alasan untuk Berhenti Bahagia

ku melihat sepotong kecil dunia melalu mataku dan memikirkannya dengan pikiran yang masih sperti "katak dalam tempurung",
tapi ku melihatnya, dan itu nyata

ku melihat seorang nenek yang bekerja sebagai tukang parkir di sore hari, tampak lelah dengan peluhnya

di tempat lain ku melihat banyak anak" kecil yang mengamen dan berlari-lari mengejar bus dengan girang, sementara ku melihat ada ibu" yang duduk dipinggir jalan tampak menunggui mereka

dan lagi ku melihat bapak"  yang berjalan tersaruk"  di sepanjang Jembatan Ampera sambil membawa karung yang terlihat berat

Ya
ku memanh hanya melihat sepenggal dunia mereka
namun ku juga melihat bahwa di tempat yang sama dan waktu yang hampir sama, mereka tidak pernah berhenti menyerah
sederhana, tetapi mengagumkan

karna itu ku berpikir bahwa sesungguhnya tidak ada alasan yang layak membuat ku berhenti bahagia
karna setiap detik yang ku lalui dan setiap jengkal hektar tanah yang kulewatti begitu berharga dan sudha seharusnya ku syukuri

saat ku melihat dunia dari balik jendela bus yang bising dan penuh kehidupan
ku melihat dunia begitu cepat dan hitam putih
namun ketika ku melihat semua itu, ku sadari dunia ternyata begitu berwarna
bahkan warna biru, merah atau kuning takkan mampu melingkupi semuanya
sekali lagi kutemukan kenyataan indahnya dunia dan ku bersyukur karna tahu kemana harusnya ku berterima kasih

have fridayken :)

Kamis, 02 Juni 2011

Pakaian Tradisional Korea


KOREA
Hanbok (Korea Selatan) atau Chosŏn-ot (Korea Utara) adalah pakaian tradisional masyarakat Korea. Hanbok pada umumnya memiliki warna yang cerah, dengan garis yang sederhana serta tidak memiliki saku. Walaupun secara harfiah berarti "pakaian orang Korea", hanbok pada saat ini mengacu pada "pakaian gaya Dinasti Joseon" yang biasa dipakai secara formal atau semi-formal dalam perayaan atau festival tradisional.

Hanbok atau Chosŏn-ot
Hanbok (Korea Selatan) atau Chosŏn-ot (Korea Utara) adalah pakaian tradisional masyarakat Korea. Hanbok pada umumnya memiliki warna yang cerah, dengan garis yang sederhana serta tidak memiliki saku. Hanbok itu sebutan pakaian tradisional Korea. Istilah Hanbok itu berasal dari kata han dan bok. Han adalah sebutan untuk orang Korea: orang Han, sedangkan bok adalah pakaian. Jadi, saat kita menyebut Hanbok sebenarnya kita menyebut "pakaian orang Han".
Walaupun secara harfiah berarti "pakaian orang Korea", hanbok pada saat ini mengacu pada "pakaian gaya Dinasti Joseon" yang biasa dipakai secara formal atau semi-formal dalam perayaan atau festival tradisional.
Sejarah
Hanbok pada masa Tiga Kerajaan

Pakaian Raja dan Ratu Kerajaan Silla
Tau dengan yang ini?

Atau yang ini?
Beberapa elemen dasar hanbok pada saat ini seperti jeogori atau baju, baji (celana) dan chima(rok) diduga telah dipakai sejak waktu yang lama, namun pada zaman Tiga Kerajaanlah pakaian sejenis ini mulai berkembang.








Pada akhir masa Tiga Kerajaan, wanita dari kalangan bangsawan mulai memakai rok berukuran panjang dan baju seukuran pinggang yang diikat di pinggang dengan celana panjang yang tidak ketat, serta memakai jubah seukuran pinggang dan diikatkan di pinggang.

Pada masa ini, pakaian berbahan sutra dari Tiongkok (Dinasti Tang) diadopsi oleh anggota keluarga kerajaan dan pegawai kerajaan. Ada yang disebut Gwanbok, pakaian tradisional untuk pegawai kerajaan pada masa lalu.

Periode Goryeo
Ketika Dinasti Goryeo (918–1392) menandatangani perjanjian damai dengan Kerajaan Mongol, raja Goryeo menikahi ratu Mongol dan pakaian pegawai kerajaan lalu mengikuti gaya Mongol. Sebagai hasil dari pengaruh Mongol ini, rok (chima) jadi sedikit lebih pendek. Sedangkan Jeogori (baju untuk tubuh bagian atas) diikat ke bagian dada dengan pita lebar, sedangkan lengan bajunya didesain agak ramping.


Periode Joseon
Pada masa Dinasti Joseon, jeogori wanita secara perlahan menjadi ketat dan diperpendek. Pada abad ke-16, jeogori agak menggelembung dan panjangnya mencapai di bawah pinggang. Namun pada akhir abad ke-19, Daewon-gun memperkenalkan Magoja, jaket bergaya Manchu yang sering dipakai hingga saat ini.
Chima pada masa akhir Joseon dibuat panjang dan jeogori menjadi pendek dan ketat. Heoritti atau heorimari yang terbuat dari kain linen difungsikan sebagai korset karena begitu pendeknya jeogori.
Kalangan atas memakai hanbok dari kain rami yang ditenun atau bahan kain berkualitas tinggi, seperti bahan yang berwarna cerah pada musim panas dan bahan kain sutra pada musim dingin. Mereka menggunakan warna yang bervariasi dan terang. Rakyat biasa tidak dapat menggunakan bahan berkualitas bagus karena tidak sanggup membelinya.
Umumnya dahulu kaum laki-laki dewasa mengenakan durumagi (semacam jaket panjang) saat keluar rumah.
Baik pria maupun wanita memelihara rambut mereka menjadi panjang. Pada saat mereka menikah, mereka mengkonde rambutnya. Pria mengkonde (mengikat) rambutnya sampai atas kepala sangtu, sedangkan wanita mengkonde sampai batas di belakang kepala atau di atas leher belakang. Wanita berkedudukan sosial tinggi seperti kisaeng, memakai aksesori wig yang disebut Gache.
Tusuk konde binyeo, ditusukkan melewati konde rambut sebagai pengencang atau aksesori. Bahan pembuatan binyeo bervariasi sesuai kedudukan sosial pemakainya. Wanita juga mengenakan jokduri pada hari pernikahan mereka dan memakai ayam untuk melindungi tubuh dari cuaca dingin.
Pria menggunkan gat, topi yang dianyam dari rambut kuda, yang juga bervariasi model dan bentuknya sesuai status atau kelas.





Periode Sekarang
Ini tak jauh berbeda dari aturan yang telah ada sejak masa Dinasti Joseon pada abad ke-15. Waktu itu para gadis memakai chima merah dan jeogori kuning. Pada waktu pesta perkawinan yang dilanjutkan dengan acara menghormat orangtua dan mertua, perempuan dari kelas bangsawan telah memakai warna merah dan hijau itu. Warna-warna pada pakaian tradisional korea yang semarak memang sesuatu yag unik dan dimaksudkan untuk menghalangi roh jahat.
Bentuk hanbok yang sekarang dipakai, dipolakan pada masa Dinasti Joseon yang berdasarkan Konfusianisme pada abad ke-15. Namun, dasarnya sudah ada sejak masa Tiga Kerajaan (57 SM-668 M). Di Kerajaan Silla tahun 648, pakaian semacam itu telah dipakai oleh perempuan bangsawan, juga pada masa Dinasti Goryeo (nama yang kemudian menjadi Korea) setelah itu.
Model bagi perempuan yang sejak masa Dinasti Joseon dan berlaku sampai sekarang adalah gabungan chima dan jeogori, yang ditutup dengan pita satu sisi itu. Kelihatannya pakaian itu tampak nyaman karena lebar leluasa sambil tetap menampilkan keindahan bentuk leher dan lengkung bahu perempuan.


Hwalot, pakaian pengantin
Hanbok digunakan diklasifikasikan berdasarkan peristiwanya: pakaian sehari-hari, termasuk untuk hari ulang tahun pertama anak. Ini yang terjadi pada hanbok, pakaian tradisional Korea. Walau pakaian model Barat adalah yang umum digunakan dalam kehidupan modern ini, hanbok masih dipakai, terutama pada hari-hari raya dan acara-acara seperti perkawinan. Pada hari Chusok, Hari Bersyukur Korea, bahkan di jalan-jalan Kota Seoul pun banyak orang memakai baju tradisional itu.
 
Pola Hanbok
Pola tradisional hanbok memiliki kombinasi garis anggun dan warna yang menampilkan keindahan dari hanbok tersebut. Bentuk pola hewan, tumbuhan, dan pola alam lainnya ditambahkan pada pinggiran rok, maupun pada bagian luar dari kerah disekitar bahu.
warna-warni pakaian hanbok selalu memiliki perpaduan yang alami, seperti: warna putih dengan merah, warna merah muda dengan biru, warna kuning dengan biru, warna biru dengan merah atau warna hitam dengan kuning.

perpaduan warna indah pakaian orang Han tersebut didasarkan pada konsep eum & yang dan wu hsing. Konsep ini muncul dari keyakinan akan energi eum & yang yang menciptakan bumi dan langit, sekaligus juga lima elemen yang ada, yakni: bumi, kayu, api, logam dan air).
Lima elemen tersebut termanifestasikan ke dalam warna kuning, biru, merah, putih dan hitam. Warna kuning melambangkan bumi. Biru melambangkan kayu. Merah melambangkan api. Putih melambangkan logam. Hitam melambangkan air. Kelima warna ini disebut dengan obangsaek.
Lima warna obangsaek ini memiliki makna tersendiri, yakni: kuning adalah pusat dari alam jagat raya ini, biru adalah kreatifitas dan keberuntungan, putih adalah kemurnian dan kebenaran, merah adalah cinta dan hasrat, dan hitam adalah kebajikan.
Perpaduan warna pakaian hanbok yang didasarkan melalui obangsaek menunjukan keluhuran kebudayaan Korea, sama seperti kebudayaan bangsa-bangsa lain yang ada di dunia ini. Setiap hasil kebudayaan, baik itu berupa kreasi makanan, pakaian, arsitektur, dan sebagainya, pasti memiliki 'makna' tersembunyi di dalamnya.
 

Bagian-bagian Hanbok
Hanbok untuk Wanita
Jeogori : Bagian atas hanbok seperti rompi
Dongjeong : Bagian kerah berwarna putih.
Otgoreum : Tali yang mengikat Jeogori, fungsinya seperti kancing di Era Modern saat ini. Tali ini menjuntai di atas Jeogori hingga ke atas rok (chima). Dapat pula menjadi hiasan hanbok
Baerae : Jeogori dengan bentuk lengan pendek atau disebut juga magoja
atau rompi luar.
Chima : Rok terluar dengan warna-warna ceria.
Sokbaji : Dalaman chima dengan bentuk seperti celana.
Sokchima : Dalaman chima dengan bentuk seperti rok.
Beoseon : Kaos Kaki
Hanbok untuk Pria
Gat : Topi pria Korea
Jeogori
Sokgui : Bagian dalam Jeogori
Durumagi : Pakaian terluar yang dipakai pada waktu-waktu tertentu, dipakai setelah Sokgui.
Baji : Celana
Sokbaji : Dalaman baji
Kkotsin : Sebutan untuk sepatu yang terbuat dari sutra
Beoseon: sepasang kaos kaki. Bentuk dari beoseon sebenarnya tidak merefleksikan perbedan gender penggunanya, baik pria maupun wanita. Hanya saja beoseon pria memiliki pelipit lurus.



Terima Kasih :)