Selasa, 06 Januari 2015

Bentuk Bisa Beda, Enaknya Bisa Jadi Sama

 Halo,
Setelah kemarin memposting mengenai perbedaan penampilan fisik bangsa Asia Timur, kali ini author coba membahas perbedaan dan persamaan yang masih ada hubungannya dengan fisik tapi jarang kelihatan. Apa hayo?? 
Jawabannya adalah lidah  

Kenapa bisa pembahasannya ke lidah? Karena kali ini topik yang dibahas mengenai perbedaan dan persamaan makanan antara ketiga negara ini dan bagaimana pengaruhnya terhadap kebudayaan mereka *walaupun author belum pernah makan sih, doain author bisa nyobain langsung jadi nanti bisa lebih spesifik lagi infonya*  
Setelah browsing dan mengumpulkan beberapa materi dari berbagai TKP akhirnya author bisa susun postingan tentang makanan ini sambil nahan iler biar nggak netes di atas keyboard. 
Langsung cekidot kita bahas. *Tsaah
Makanan Tradisional Korea, China dan Jepang
Kimchi - Dimsum - Sushi
Sushi berasal dari Jepang, Dimsum berasal dari China dan Kimchi asalnya cuma dari Korea. Ketiga negara ini memiliki banyak jenis makanan tradisional yang sudah terkenal ke mancanegara, tidak terkecuali di Indonesia. Keunikan rasa dan cara pembuatan yang membuat makanan ini memiliki ciri khas dan cita rasa yang bikin penikmatnya ingat sepanjang masa. Kalau dari gambar ini, bisa dibuat anekdot bahwa kalau makanan dari Jepang terkadang dimasak setengah matang dan atau malah nggak dimasak alias dimakan mentah (contoh Sushi), sementara makanan China umumnya dimasak matang (contoh Dimsum) sedangkan makanan Korea pada umumnya merupakan hasil fermentasi (contoh Kimchi). Mungkin ini cuma kebetulan saja, author juga nggak bermaksud sengaja memilih masing-masing makanan untuk mewakili masing-masing negara. Tentu saja masih ada makanan tradisional lainnya yang nggak bisa dijelaskan satu persatu di postingan ini. Tapi author coba merangkumnya. Selanjutnya kita coba lihat makanan lainnya yang terkenal dari ketiga negara tersebut.

Jepang
Sushi, Donburi, Onigiri, Sashimi, Udon, Ramen, Shabu Shabu, Yakiniku, Teppanyaki.
Pada umumnya, bahan-bahan masakan utama Jepang berupa beras, hasil pertanian (sayuran dan kacang-kacangan) dan makanan laut. Makanan utama di Jepang terdiri dari nasi (kadang-kadang dicampur palawija), sup dan lauk. Makanan Jepang umumnya berbahan utama laut dikarenakan letak geografi negara Jepang yang berupa kepulauan. Berbeda dengan masakan negara-negara lain, makanan Jepang sama sekali tidak menggunakan rempah-rempah (merica) atau penyedap makanan yang harus ditumbuk atau dihaluskan (seperti cabai) dan bumbu yang berbau tajam seperti bawang putih. Penyedap biasanya berupa sayur-sayuran beraroma harum yang dipotong-potong halus atau diparut. Masakan Jepang mengutamakan rasa asli bahan makanan, oleh karena itu terkadang makanan Jepang dimasak setengah matang bahkan tidak dimasak. Masakan Jepang umumnya rendah lemak, tapi mengandung kadar garam yang tinggi. Penyajian makanan untuk keluarga di Jepang berupa menyajikan makanan satu per satu untuk setiap orang dan disajikan dalam porsi kecil dekat dengan jangkauan. Pada umumnya masakan ikan di Jepang disajikan perekor untuk setiap orang dan disajikan utuh beserta tulangnya. Makanan tradisional Jepang yang terkenal di Indonesia adalah sushi, shabu-shabu, sukiyaki dan tempura.

China
Dimsum, La Mian, Fuyunghai, Gongbao jiding, Capcay, Kwetiaw, Beijing Kaoya, Mapodofu, Chou Dofu
Makanan tradisional China umumnya berupa mie, tumisan, ayam atau bebek panggang dan kukusan. Ragam masakan China sendiri sangat luas. Kondisi alam dan lokasi masakan tersebut berasal mempengaruhi khas atau cita rasa makanan. Dulu, masyarakat China bergantung pada hasil buruan dan tangkapan dari laut atau sungai sehingga produk daging hewan dan pertanian menjadi sajian utama dalam konsumsi sehari-hari. Masakan China menggunakan bermacam-macam bahan yang eksotis, mulai dari akar bunga teratai, sirip ikan hiu, sarang burung walet, daging kura-kura, lidah bebek, cakar beruang, dan sebagainya. Sebagian besar hidangan adalah campuran dari beberapa macam bahan yang berbeda. Makanan tradisional China tidak asing di lidah masyarakat Indonesia bahkan tanpa sadar masyarakat Indonesia kerap memasak dan memakan masakan tradisonal ini tanpa mereka sadari darimana makanan ini dulunya berasal. Fuyunghai, bakpao, capcay dan kwetiaw merupakan contoh dari sekian masakan tradisiona China yang telah mempribumi di Indonesia. Masyarakat China pada umumnya menyajikan makanan dengan porsi besar untuk disantap bersama-sama. Karena etika makan mereka berupa makan besar bersama seluruh keluarga menyebabkan penyajian makanan di atas meja yang besar dan umumnya membulat.

Korea
Bulgogi, Bibimbap, Budaejjigae, Tteokbokki, Ramyun, Kimchi
Masakan Korea umumnya sebagian besar berbahan dasar pada beras, mi, tahu, sayuran dan daging. Makanan tradisional Korea terkenal akan sejumlah besar makanan lauk yang disebut banchan yang dimakan bersama dengan nasi putih dan sup. Setiap makanan dilengkapi dengan banchan yang cukup banyak dengan cita rasa yang umumnya pedas. Selain itu, masyarakat Korea adalah pengkonsumsi bawang putih terbesar di dunia. Karena letaknya yang berada di semenanjung dengan empat musim, masyarakat korea mengandalkan hasil pertanian dan sedikit hasil laut sebagai bahan utama masakan. Dengan adanya musim dingin dan kondisi yang terjebak di antara banyak negara, membuat masyarakat Korea pada zaman dulu harus siaga pada berbagai kondisi. Hal ini menyebabkan masyarakat korea harus mempunyai makanan yang bisa dimakan saat kondisi sulit. Oleh karena itu masakan korea umumnya berupa masakan hasil fermentasi. Masyarakat Korea sangat ketat soal etika makan dibandingkan masyarakat China dan Jepang. Orang Korea biasanya makan dengan duduk di bantal (tanpa kursi) pada meja yang rendah dengan posisi menyila. Tidak seperti masyarakat China atau Jepang, mangkuk nasi dan sup tidak boleh beranjak dari meja dan mereka memakannya dengan sendok. Orang Korea tidak mengangkat mangkuk nasi dan sup mereka dari meja. Etiket mengharuskan mangkuk tetap di meja dan sendok digunakan untuk menyuap makanan ke mulut. Sedangkan lauk pauk dimakan menggunakan sumpit. 


Makanan Korea, China dan Jepang yang Serupa tetapi Berbeda
Karena letak geografi yang berdekatan dan hubungan antar bangsa yang sudah terjalin sejak dulu, wajar jika masakan masing-masing negara saling mendapat pengaruh dari negara sekitarnya. Bahkan terkadang bentuk wujud dan cara memasaknya hampir persis sama namun memiliki nama yang berbeda. Ini beberapa contoh masakan yang terlihat sama tetapi berbeda.

Mie: Ramyun (Korea) - La Mian (China) - Ramen (Jepang)
Siomay: Mandu (Korea) - Jiaozi (China) - Gyoza (Jepang)
Telur dadar: Kimchijeon (Korea) - Fuyunghai (China) - Okonomiyaki (Jepang)
Hotpot: Jjigae Chongol (Korea) - Huoguo (China) - Shabu Shabu (Jepang)
Barbeque: Bulggogi (Korea) - Char Siu (China) - Yakiniku (Jepang)
Kimbap (Korea) - Seaweed Roll - Sushi Roll (Jepang)


Perbedaan Sumpit China, Japan and Korea

Persamaan yang menyolok dari ketiga bangsa Han dalam etika makan adalah makan menggunakan sumpit. Sumpit pertama kali dipakai pada masa Dinasti Shang sekitar tahun 1766 SM kemudian menyebar ke kawasan Asia Timur dan dipakai hingga sekarang di China, Jepang, Korea dan negara Indocina lainnya. Walaupun negara China, Jepang dan Korea sama-sama menggunakan sumpit, kenyataanya material dan bentuk sumpit masing-masing negara berbeda-beda sesuai dengan etika, budaya dan pola makan yang terdapat di negara tersebut.


1. Sumpit China
Sumpit Cina umumnya terbuat dari kayu dan memiliki bentuk persegi panjang dengan ujung yang tumpul. Karena meja yang digunakan di China saat makan umumnya lebih besar sehingga butuh sumpit yang panjang sehingga dapat menjangkau makanan. Sumpit Cina lebih tebal dan panjang dengan diameter bagian pangkal dan bagian ujung yang hampir sama. Bagian ujung sumpit tidak dibuat runcing agar tidak digunakan untuk menusuk makanan. Batang sumpit dari China lebih berbentuk segi empat panjang supaya tidak mudah tergelincir dari meja. Plastik dan bambu merupakan bahan pembuat sumpit yang populer di China. Batang sumpit di China lebih panjang dan tebal, hal tersebut karena masyarakat China pada umumnya menyajikan makanan dengan porsi besar untuk disantap bersama-sama. Nah, mereka menggunakan sumpit untuk menyobek makanan besar seperti bebek peking, ayam panggang maupun makanan lainnya, dan juga untuk mengambil mie.

2. Sumpit Jepang
Jepang memiliki banyak ragam sumpit yang disesuaikan dengan penggunaannya. Kayu dan plastik adalah bahan utama pembuatan sumpit di Jepang. Sumpit Jepang umumnya lebih pendek dari sumpit Cina dan sumpit Korea. Selain itu, sumpit Jepang memiliki banyak macam warna dan memiliki pola yang rumit. Sumpit dari Jepang sebagian besar mempunyai ujung sumpit yang semakin meruncing. Tujuan sumpit Jepang dibuat lebih kecil dan memiliki ujung yang runcing adalah karena penyajian makanan untuk keluarga di Jepang berupa menyajikan makanan satu per satu untuk setiap orang  dalam porsi kecil,  dan berada dekat dengan jangkauan, sehingga tidak memerlukan ukuran sumpit yang panjang. Ujung yang runcing diperlukan untuk memisahkan tulang-tulang ikan, karena pada umumnya masakan ikan di Jepang disajikan perekor untuk setiap orang dan disajikan utuh berikut tulangnya. Bagian ujung yang sangat runcing pada sumpit Jepang dimaksudkan untuk mengangkat tulang dari daging sewaktu orang Jepang makan ikan. Bagian ujung sumpit ada kalanya dibuat berulir agar makanan yang dijepit tidak mudah jatuh.


3. Sumpit Korea
Sumpit Korea umumnya terbuat dari logam dan lebih ceper dengan ujung yang lebih bulat. Karena sifat logam yang licin, sumpit Korea dibuat lebih kasar pada bagian ujungnya. Umumnya sumpit Korea lebih pendek dari sumpit Cina tetapi lebih panjang dari sumpit Jepang. Alasan mengapa sumpit korea terbuat dari logam adalah karena pada zaman dulu raja-raja di kerajaan Korea awalnya menggunakan sumpit yang terbuat dari perak murni. Sifat logam perak akan berubah warna jika terkena makanan mengandung racun. Seiring waktu masyarakat Korea mulai menggunakan peralatan makan berupa sumpit yang terbuat dari logam. Keunikan etika makan masyarakat Korea lainnya juga terletak pada penggunaan kombinasi sumpit dan sendok sebagai alat bantu makan. Masyarakat Korea menggunakan sendok untuk makan nasi, sehingga mereka tidak perlu mengangkat mangkuk ke mulut untuk makan nasi seperti masyarakat China dan Jepang. Sedangkan sumpit digunakan masyarakat Korea untuk mengambil makanan lauk.

Etika Menggunakan Sumpit
Penggunaan sumpit dalam makan juga memiliki etika, etika ini berbeda dari satu negara dan negara lainnya. Secara umum sumpit benar- benar hanya digunakan untuk makan, tidak boleh dipakai untuk membuat kegaduhan. Sumpit juga tidak boleh digunakan untuk menusuk makanan, kecuali jenis sayuran atau kimchi serta makanan berukuran kecil yang sulit dijepit. Dan yang paling dilarang adalah meletakkan sumpit berdiri vertikal di dalam mangkuk nasi atau makanan lain. Hal tersebut sangat tabu karena dianggap simbol dupa yang tertancap sebagai persembahan kepada orang yang sudah meninggal

Setiap negara memiliki perbedaan etika memakai sumpit yang spesifik. Seperti di China karena masyarakat China lebih lazim memakai mangkuk saat makan, sumpit berfungsi sebagai alat untuk mendorong nasi dari mangkuk ke mulut. Hal tersebut dianggap lumrah meski di Korea justru sebaliknya. Di Korea, makan dengan mengangkat mangkuk nasi ke mulut dianggap tidak sopan. Karena itu untuk menyuap nasi dipakailah sendok. Korea terbilang paling 'ketat' soal etika memakai sumpit. Saat meletakkan sendok dan sumpit di atas meja, sumpit tidak boleh di letakkan di sisi kiri sendok sebab hal tersebut hanya diterapkan saat persiapan makan pada upacara pemakaman saja. Satu lagi yang juga dianggap tabu adalah memakai sendok dan sumpit dengan kedua tangan secara bersamaan. Seharusnya saat memegang sumpit, sendok harus diletakkan terlebih dahulu begitu sebaliknya.

Di Hongkong juga punya etika tersendiri saat memakai sumpit. Biasanya orang yang lebih senior harus lebih dulu memegang sumpit saat makan bersama. Dan sumpit tidak boleh digunakan terbalik. Cara meletakkan sumpit pun memiliki arti, jika sumpit diletakkan di atas mangkuk artinya 'sudah selesai makan', dan jika meletakkkan sumpit secara berhimpitan artinya ' masih ingin makan, namun berhenti sejenak'. Hal yang sama juga berlaku di Taiwan, etika memakai sumpit juga sama ketatnya seperti di Korea. Sumpit tidak boleh digunakan untuk membelah makanan yang teksturnya lunak dan tidak boleh dibiarkan terlalu lama di mulut. Saat mentransfer makanan tidak boleh dari sumpit ke sumpit namun harus diletakkan di piring terlebih dahulu, yang ternyata berlaku pula di Jepang. Di negeri sakura ini, sumpit harus diletakkan di tempatnya saat tidak digunakan. Bentuknya kotak kecil hanya untuk menopang ujung sumpit saja. Dan yang terpenting, dilarang meletakkan sumpit dengan posisi menyilang.

Negara indocina lainnya yang juga menerapkan etika memakai sumpit adalah Vietnam. Di negara ini kultur etika bersantap hampir serupa dengan China. Nasi dalam mangkuk didorong ke mulut dengan bantuan sumpit. Dan sumpit tidak boleh diletakkan membentuk huruf 'V' yang ditafsirkan sebagai pertanda buruk. Di Indonesia memang tidak ada etika khusus memakai sumpit mengingat sumpit bukanlah alat makan yang lazim digunakan seperti di negera-negara indocina. Namun sebagaimana etika memakai sendok dan garpu, ada baiknya tetap gunakan sumpit dengan sopan saat berkunjung ke negara-negara tersebut.

Semoga info kali ini pun bisa bermanfaat bagi kita semua. Salam perdamaian dari setiap alat makan yang ada di dunia ini. Semoga kelaparan dunia segera menghilang dan tercapainya pengertian untuk saling mengerti dan menolong antar negara. Sampai jumpa di perhentian selanjutnya.

1 komentar: